Satu Hal yang Anda Tidak Miliki
KE DAFTAR ISI DESTINED TO REIGN
Satu Hal yang Anda Tidak Miliki
Kebaikan Tuhan Menuntun Kita kepada Pertobatan
Sudah Saatnya untuk Mengubah Pikiran Anda
Pertobatan dari Perbuatan Sia-sia
Satu Hal yang Anda Tidak Miliki
Kasih Karunia Membuka Hati Anda
Tuhan Mencari Perubahan dalam Hati
Satu Hal yang Anda Tidak Miliki
Kebaikan Tuhan Menuntun Kita kepada Pertobatan
"Tetapi Pendeta Prince, kita harus memberitakan hukum Taurat Tuhan
dan penghukuman-Nya, jika tidak, tidak akan ada orang yang
bertobat."
Sahabatku, hati Tuhan tidak pernah untuk menghukum. Kita menginginkan
penghukuman, tetapi Tuhan menginginkan kemurahan. Alkitab mengatakan
bahwa "kemurahan Tuhan menuntun engkau kepada pertobatan".(Roma 2:41) Tahukah
Anda bagaimana Yesus mengubah seorang penjala ikan yang bermulut kotor
seperti Petrus? Sebagai seorang nelayan, sosok Petrus mungkin besar
dan kasar. Jadi, bagaimanakah Yesus membuatnya bertobat? Apakah itu
khotbah-Nya yang menyala-nyala tentang penghukuman Tuhan atau khotbah yang keras tentang hukum Taurat Musa yang
menghancurkan kekeraskepalaan nelayan ini? Bukan kedua-duanya! Yesus
memberkati Petrus dengan tangkapan ikan yang membuat perahunya hampir
tenggelam dan jalanya hampir koyak, saat Petrus melihat kebaikan
Tuhan, ia bersujud di kaki Yesus dan berkata, "Tuhan, pergilah
daripadaku, sebab aku ini seorang berdosa."(Lukas 5:8) Nah, perhatikanlah di
sini. Yang manakah lebih dahulu pertobatan Petrus atau kebaikan Tuhan?
Jelas, kebaikan Tuhanlah yang lebih dahulu. Sahabatku, sebenarnya
kebaikan Tuhanlah yang menuntun kita kepada pertobatan!
Saat kita mengalami kasih-Nya kepada kitalah, kita dapat menanggapi dengan kasih kita kepada-Nya.
Meskipun demikian, masih ada orang-orang yang bersikeras bahwa kita harus memberitakan pertobatan. Yah, saya tidak setuju! Saya kira, kita seharusnya melakukannya dengan cara Tuhan—memberitakan kebaikan Tuhan dan mengizinkan kebaikan Tuhan untuk menuntun orang kepada pertobatan. Pertobatan seperti itu adalah pertobatan sejati. Itu bukan pertobatan yang dimotivasi oleh rasa takut pada penghukuman dan kemarahan. Itu akan merupakan pertobatan sejati yang dimotivasi oleh anugerah, kasih tanpa syarat dan belas kasihan Tuhan. Lagi pula, kemampuan kita untuk mengasihi Tuhan berasal dari kita lebih dahulu merasakan kasih-Nya kepada kita. Saat kita mengalami kasih-Nya kepada kitalah, kita dapat menanggapi dengan kasih kita kepada-Nya. Alkitab mengatakan, "Kita mengasihi, karena Tuhan lebih dahulu mengasihi kita." (1 Yohanes 4:19)
Apakah Anda tahu bagaimana firman Tuhan mendefinisikan kasih? Rasul Yohanes berkata, "Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Tuhan, tetapi Tuhan yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita." (1 Yohanes 4:10) Inilah definisi Alkitab tentang kasih. Ini bukan tentang kasih kita kepada-Nya, melainkan kasih sempurna-Nya kepada kita. Bertolak belakang dengan kepercayaan konvensional, pertobatan sejati berasal dari hati yang merupakan hasil pengungkapan kasih Tuhan yang luar biasa besar dan tanpa syarat. Kasih ini tidak ditemukan dalam hukum Taurat, penghukuman dan murka. Saat Petrus melihat kebaikan dan kasih Yesus, ia bersujud dalam penyerahan kepada Yesus.
Jadi, marilah kita bersikap alkitabiah, sahabatku. Bukan khotbah tentang murka, kemarahan yang berapi-api dan penghukuman yang akan menyebabkan hati orang berpaling kembali kepada Tuhan. Itu adalah kebaikan, kasih karunia, dan kemurahan-Nya. Saat Anda mendapat pandangan sekilas tentang itu, Anda tidak dapat berbuat lain kecuali kewalahan karena seluruh jati diri-Nya, dan ini akan menuntun kepada pertobatan sejati. Biarkanlah orang datang ke gereja untuk menikmati kebaikan Tuhan karena saat mereka dipengaruhi kasih karunia, pertobatan, kekudusan, dan kesalehan-Nya pasti akan mengikuti. Sama dengan Anda tidak dapat berjemur di bawah matahari tanpa menjadi kecokelatan, Anda tidak dapat berjemur di bawah kasih karunia tanpa menjadi kudus.
Sudah Saatnya untuk Mengubah Pikiran Anda
Saat Yohanes Pembaptis berkata, "Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!"(Matius 3:2) pada dasarnya ia sedang mengatakan, "Ubahlah pikiranmu, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!" Ini berarti bahwa bahkan jika kita tidak menggunakan kata "bertobat" sepanjang waktu kepada umat Tuhan, setiap kali mereka mendengarkan khotbah yang diurapi tentang firman-Nya, pertobatan masih sedang terjadi-pikiran mereka sedang diubahkan melalui pemberitaan Injil.
Pertobatan dari Perbuatan Sia-sia
Dikatakan dalam Kitab Ibrani bahwa batu fondasi pertama dari iman kita adalah "pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Tuhan". (Ibrani 6:1) Nah, "perbuatan sia-sia" bukanlah dosa. Itu semua adalah hal-hal keagamaan yang orang lakukan, dengan mengira bahwa melakukan hal-hal ini menyebabkan mereka sedang mendapatkan kebenaran di hadapan Tuhan. Jika Anda berdoa karena Anda mengira bahwa berdoa menjadikan Anda benar di hadapan Tuhan, itulah perbuatan yang sia-sia. Namun, jika Anda berdoa karena Anda memang benar di hadapan Tuhan dan Anda mengetahui bahwa Ia mengasihi Anda, ada kuasa di sana, dapatkah Anda melihat perbedaannya? Itu adalah kegiatan yang sama berdoa—tetapi dasar dan motivasi untuk melakukannya sepenuhnya berbeda. Yang satu adalah perbuatan sia-sia dan yang lainnya adalah perbuatan yang hidup oleh kasih karunia.
Demikian juga, jika Anda mempelajari Alkitab karena Anda mengira bahwa melakukannya menjadikan Anda benar di hadapan Tuhan, Anda salah. Tidak akan ada aliran. Tidak akan ada pewahyuan karena Anda tidak sedang mengalir dengan Roh Kebenaran, yang bersaksi dengan roh Anda bahwa Anda sudah dibenarkan di hadapan Tuhan. Namun, Anda mempelajari Alkitab karena Anda tahu bahwa Anda memang benar di hadapan Tuhan dan bahwa Alkitab adalah surat cinta dari Dia yang membenarkan Anda, harta karun dari firman Tuhan akan terbuka bagi Anda.
Sahabatku, apakah Anda pernah bertobat dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia?
Yesus berkata, "Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!"(Markus 1:15) Dengan kata lain, Ia sedang mengatakan kepada orang-orang Yahudi pada masa-Nya, "Ubahlah pikiranmu dan percayalah kepada kabar baik—Aku akan mencurahkan darah-Ku, dan melalui penderitaan dan kesengsaraan-Ku, semua dosamu akan diampuni!" Jika Anda masih hidup di bawah hukum Taurat dan mengandalkan upaya-upaya Anda sendiri untuk melayakkan diri Anda sendiri dan menyenangkan Tuhan, inilah saatnya untuk bertobat (mengubah pikiran Anda) dari perbuatan yang sia-sia dan percaya kepada Injil!
Satu Hal yang Anda Tidak Miliki
Jawaban Injil yang benar seharusnya adalah, "Percayalah kepada Ku dan engkau akan memperoleh hidup yang kekal." Namun, bukan itu yang Yesus katakan kepadanya. Sebaliknya, Yesus memberikannya hukum Taurat Musa dengan mengatakan, "Engkau tentu mengetahui segala perintah Tuhan: 'Jangan berzina.' 'Jangan membunuh.' 'Jangan mencuri.' 'Jangan mengucapkan saksi dusta.' 'Hormatilah ayahmu dan ibumu.' " Yesus memberikannya Sepuluh Perintah Tuhan. Mengapa? Karena penguasa muda itu datang dengan kesombongan, dengan yakin bahwa ia dapat melakukan sesuatu untuk mengupayakan dan layak menerima hidup kekal. Setiap kali Anda datang dengan menyombongkan upaya-upaya Anda sendiri, Yesus akan memberikan hukum Taurat Musa kepada Anda.
Sekarang, dengarlah jawaban pemuda tersebut kepada Yesus: "Semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku." Luar biasa! Orang ini benar benar menyatakan bahwa ia telah mematuhi Sepuluh Perintah Tuhan itu sejak masa mudanya! Seperti orang-orang Farisi, beberapa orang benar-benar mengira bahwa mereka mampu mematuhi semua hukum Taurat Musa, tanpa menyadari bahwa mereka telah merendahkan hukum Tuhan ke tempat di mana mereka mengira bahwa mereka dapat mematuhinya. Yesus datang untuk mengembalikan hukum itu ke standar aslinya—tidak hanya ada kepatuhan dari luar pada hukum Taurat, harus juga ada kepatuhan dalam hati. Yesus menunjukkan bahwa hukum Taurat ada di luar jangkauan upaya-upaya manusia sendiri. Pemuda itu mungkin sedang menantikan Yesus memujinya karena kepatuhannya pada hukum Taurat, dan sedang merasa yakin pada dirinya sendiri. Namun, perhatikanlah apa yang Yesus katakan kepadanya. Daripada memujinya, Ia berkata, "Masih tinggal satu hal lagi yang harus engkau lakukan."
Anda tahu, setiap kali Anda menyombongkan kepatuhan Anda pada hukum Taurat, Yesus akan menemukan sesuatu yang kurang dalam kehidupan Anda. Dalam kasus ini, Ia memberitahukan pemuda itu untuk menjual semua harta bendanya, memberikannya kepada orang-orang miskin, dan mengikuti Dia. Pemuda itu telah membual bahwa ia telah mematuhi semua perintah itu, tetapi sekarang Yesus memberikan kepadanya hukum yang pertama (Keluaran 20:3) (bahkan uang) dan lihat apa yang terjadi. Penguasa muda itu pergi dengan sedih. Ia bahkan tidak mampu memberikan sepeser pun kepada Tuhan!
Bayangkanlah hak istimewa yang luar biasa untuk mengikuti Yesus. Yesus memberikan orang itu kesempatan untuk mengikuti-Nya, tetapi orang itu tidak mampu karena ia tidak mampu berpisah dari kekayaannya. Dalam segala kesombongannya, ia bahkan tidak dapat mematuhi perintah yang pertama.
Sahabatku, jika Anda datang kepada Tuhan penuh dengan kebenaran diri sendiri, menyombongkan kemampuan Anda untuk mematuhi hukum Taurat, Ia akan memperlihatkan kepada Anda bahwa berdasarkan hukum Taurat—"Masih tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan."
Kasih Karunia Membuka Hati Anda
Zakheus adalah seorang pemungut pajak yang korup, orang berdosa. Namun, daripada memberikannya Sepuluh Perintah Tuhan, Yesus menunjukkannya kasih karunia (kemurahan yang tidak layak diterima) dan mengundang diri-Nya Sendiri ke rumah Zakheus. Tentu saja, orang-orang di sekitar itu merasa tidak senang dan mereka berkata, "Ia menumpang di rumah orang yang berdosa."
Sekarang, perhatikanlah apa yang terjadi di rumah Zakheus. Sebelum makan malam berakhir, Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan, "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Yesus tersenyum pada Zakheus dan berkata, "Hari ini telah terjadi keselamatan di rumah ini."
Saya percaya bahwa Roh Kuduslah yang menempatkan kedua kisah ini berurutan. Saya tidak percaya bahwa keduanya terjadi secara kronologis. Saya percaya bahwa Roh Kudus menempatkan keduanya dalam urutan ilahi ini untuk menunjukkan kepada kita perbedaan yang mencolok antara berada di bawah hukum Taurat dan berada di bawah kasih karunia.
Hukum Taurat menghukum orang yang membenarkan diri sendiri, tetapi kasih karunia akan mengubah orang berdosa.
Saat penguasa muda yang kaya itu datang menyombongkan kepatuhannya pada hukum Taurat, Yesus menjawab dengan hukum Taurat. Dan pemuda itu tidak mampu memberikan sepeser pun kepada Yesus dan pergi dengan sedih. Namun, tepat dalam pasal berikutnya saat Yesus tidak memberikan hukum Taurat tetapi memperlihatkan kasih karunia-Nya itu tidak hanya membuka hati tetapi juga dompetnya! Dapatkah Anda membayangkan ini? Kasih karunia Tuhan membuka dompet seorang pemungut cukai yang korup. Itu benar-benar kuasa kasih karunia! Kasih karunia Tuhan menuntun orang kepada pertobatan sejati. Saat Anda mengalami kasih karunia-Nya, Anda tidak dapat berbuat lain kecuali bersikap murah hati.
Setelah Yesus mencurahkan kasih tanpa syarat itu dan kasih karunia Nya kepada Zakheus, hati Zakheus penuh dengan kemurahan Tuhan yang tidak layak diterima, didapatkan bukan karena jasanya, dan tidak diupayakannya. Ia menyadari jauh di dalam hatinya bahwa sebagai orang berdosa dan pemungut cukai yang korup, ia tidak layak menerima Yesus di rumahnya. Yang diharapkannya hanyalah melihat Yesus sekilas saja dari pohon ara, tetapi kebaikan Tuhan jauh melampaui harapan-harapannya. Dan sama seperti Petrus yang dibuat bersujud saat ia melihat kebaikan Yesus, Zakheus dituntun untuk bertobat saat ia mengalami kebaikan Yesus. Anda lihat hukum Taurat menghakimi orang yang membenarkan dirinya sendiri, tetapi kasih karunia akan mengubah orang berdosa.
Tidak seperti penguasa muda itu, Zakheus tidak datang kepada Yesus untuk menyombongkan kepatuhannya pada hukum Taurat. Ia tahu bahwa ia tidak layak dan itulah sebabnya mengapa Yesus mampu mencurahkan kasih karunia kepadanya. Dalam cara yang sama, banyak orang percaya pada masa kini tidak mau mengizinkan diri mereka sendiri untuk menerima kasih karunia dari Tuhan karena seperti penguasa muda itu, mereka mengandalkan kebenaran dan kepatuhan mereka sendiri pada hukum Taurat. Jika Anda bergantung pada hukum Taurat, hukum Taurat akan diberikan kembali kepada Anda untuk menyingkapkan bidang-bidang kekurangan Anda. Begitu Anda mengira bahwa Anda telah mematuhi hukum Taurat secara sempurna, akan selalu ada "Satu hal lagi yang masih harus Anda lakukan".
Peran hukum Taurat adalah membawa Anda sampai ke batas kemampuan Anda, membawa Anda ke suatu titik di mana Anda mengetahui tanpa ragu bahwa Anda tidak dapat melakukan apa pun untuk layak menerima keselamatan, berkat-berkat, dan kemurahan Tuhan. Bapa Surgawi kita sedang menunggu kita untuk melepaskan upaya-upaya kita sendiri. Begitu Anda mulai bertobat dari semua perbuatan yang sia-sia yang telah Anda lakukan untuk melayakkan diri Anda sendiri bagi penerimaan dan berkat-berkat Tuhan, Tuhan akan mencurahkan kasih karunia-Nya secara berkelimpahan—kemurahan-Nya yang tidak layak diterima, tidak diupayakan, dan bukan karena jasa Anda.
Tuhan Mencari Perubahan dalam Hati
Anda tidak usah khawatir tentang bagaimana perilaku Anda akan diatur tanpa kesadaran akan hukum Taurat. Firman Tuhan mengatakan bahwa kasih karunia akan mengajar Anda—"Kasih karunia Tuhan yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi...."(Titus 2:11-12)
Kasih karunia adalah guru dan guru itu mengajar Zakheus. Apakah Anda ingat tanggapannya setelah ia mengalami kasih karunia yang berkelimpahan? Ia berkata, "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Kasih karunialah yang menuntun orang kepada pertobatan yang sejati. Kasih karunia tidak menghasilkan perubahan perilaku luar, tetapi perubahan jauh di dalam hati.
Kasih karunia yang menuntun orang pada pertobatan yang sejati dan perubahan jauh di dalam hati.
Bukan khotbah berapi-api tentang penghukuman Tuhan yang menuntun kita kepada pertobatan. Kebaikan Tuhanlah yang menuntun kita kepada pertobatan. Dengarkanlah pengajaran-pengajaran yang diurapi dan dengarkanlah lebih dan lebih banyak lagi tentang kasih karunia Tuhan, karya-Nya yang sempurna, dan kebaikan-Nya. Mulailah "mengubah pikiran Anda"—dari menaruh diri Anda sendiri di bawah Perjanjian Lama hukum Taurat dan melihat diri Anda sendiri menikmati kemurahan Tuhan yang Baru kasih karunia! tidak layak Anda terima di bawah Perjanjian Baru kasih karunia!
Comments
Post a Comment